Optimisme Rezeki dan Amalan Pembuka Rahmat

Catatan tentang optimisme rezeki, pentingnya istighfar, doa orang tua, dan menjaga amalan hati. Pelajaran spiritual dari Al-Qur'an dan hadits untuk memperkuat iman dan tawakal kepada Allah.

Optimisme Rezeki dan Amalan Pembuka Rahmat

Sebagai manusia, kita seringkali diuji dengan rasa khawatir akan masa depan—terutama dalam hal rezeki. Namun, catatan tarbiyah ini mengajarkan satu hal penting: rezeki adalah urusan Allah, bukan kekhawatiran manusia.

1. Rezeki Itu Mutlak Milik Allah

Allah berfirman dalam Surah Al-Mulk ayat 21:

اَمَّنْ هٰذَا الَّذِيْ يَرْزُقُكُمْ اِنْ اَمْسَكَ رِزْقَهٗۚ بَلْ لَّجُّوْا فِيْ عُتُوٍّ وَّنُفُوْرٍ

"Atau siapakah yang memberi rezeki kepadamu jika Dia menahan rezeki-Nya? Sebenarnya mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauh (dari kebenaran)."
(QS. Al-Mulk: 21)

Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada satu pun makhluk yang bisa menahan atau memberikan rezeki selain Allah. Jika Allah ingin menurunkan hujan, tak seorang pun bisa menolaknya. Jika Allah menahan hujan dan menghendaki kemarau, tak satu pun yang mampu menumbuhkan tanaman. Segala bentuk rezeki—baik besar maupun kecil—adalah murni kehendak Allah.

2. Istighfar: Kunci Pembuka Rezeki

Allah juga menegaskan dalam Surah Nuh ayat 10-12:

فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ اِنَّهٗ كَانَ غَفَّارًاۙ ۝١٠يُّرْسِلِ السَّمَاۤءَ عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًاۙ ۝١١وَّيُمْدِدْكُمْ بِاَمْوَالٍ وَّبَنِيْنَ وَيَجْعَلْ لَّكُمْ جَنّٰتٍ وَّيَجْعَلْ لَّكُمْ اَنْهٰرًاۗ ۝١٢

"Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai."'
(QS. Nuh: 10–12)

Istighfar bukan hanya bentuk taubat, tapi juga kunci pembuka berbagai pintu rezeki, sebagaimana dijelaskan dalam ayat tersebut: hujan, keturunan, harta, bahkan ketenangan hati.

3. Belajar dari Ibu Hajar dan Optimisme Rezeki

Kisah Siti Hajar adalah salah satu pelajaran terbesar dalam hidup saya. Dalam keadaan sendiri di padang tandus, ia berlari-lari antara bukit Shafa dan Marwah mencari air untuk bayinya, Ismail. Hingga akhirnya, dari kaki kecil Ismail lahirlah air zamzam yang berkahnya masih kita rasakan hingga hari ini.

Ini adalah pelajaran bahwa usaha harus dijalankan, namun hasil tetap datang dari Allah. Jika Allah sudah berkehendak, maka bahkan hentakan kecil dari seorang bayi pun bisa menghadirkan rezeki yang tak putus-putus.

4. Rezeki dan Doa Orang Tua

Salah satu cara paling besar membuka pintu rezeki adalah memuliakan orang tua. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Ridha Allah tergantung kepada ridha orang tua dan murka Allah tergantung kepada murka orang tua.”
(HR. Tirmidzi, no. 1899)

Belajar untuk lebih sering komunikasi dengan orang tua, mendoakan mereka, dan meminta doa dari mereka. Sebab, jika orang tua ridha, Allah pun akan membuka banyak pintu yang tadinya terasa tertutup.

"Jika kamu menjadikan orang tuamu seperti raja, maka Allah akan menjadikan rezekimu seperti rezeki raja."

5. Menjaga Amalan Hati

Amalan yang paling penting untuk dijaga adalah amalan hati. Karena hati adalah sumber keikhlasan, dan Allah hanya menerima amalan yang lahir dari hati yang bersih.

"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, namun Dia melihat kepada hati dan amal kalian."
(HR. Muslim, no. 2564)

Kita bisa melakukan banyak amal ibadah, tapi jika hati kita kotor oleh riya’ dan sombong, maka semua itu sia-sia.

Baca juga : Jangan Berputus Asa dari Rahmat Allah: Pintu Ampunan Selalu Terbuka

6. Tiga Amalan yang Dipesankan Rasulullah ﷺ

Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ berpesan kepada Abu Hurairah agar tidak meninggalkan tiga amalan ini:

  • Salat Dhuha

  • Puasa Ayyaamul Bidh (tanggal 13, 14, 15 tiap bulan hijriah)

  • Salat Witir sebelum tidur

Ketiga amalan ini terlihat ringan, tetapi dampaknya sangat besar terhadap kebersihan hati, ketenangan jiwa, dan keberkahan rezeki. Dari tarbiyah, saya belajar bahwa konsistensi dalam amalan kecil bisa lebih dicintai Allah daripada amalan besar yang sesekali.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kekasihku—Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam—mewasiatkan kepadaku untuk puasa tiga hari setiap bulan, mengerjakan shalat Dhuha dua rakaat, dan melakukan shalat witir sebelum tidur.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 1178 dan Muslim, no. 721]

7. Allah Memberi Tanpa Diminta

Terkadang Allah memberikan sesuatu yang tidak pernah kita minta, hanya karena kita melakukan amalan kecil dengan ikhlas. Mungkin hanya dzikir pendek, menahan marah, atau membantu orang lain secara diam-diam—namun Allah tahu dan Allah balas dengan rezeki yang tidak kita sangka.

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًاۙ ۝٢وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا ۝٣...

"Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya jalan keluar,dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.
(QS. At-Talaq: 2-3)


Penutup

Catatan tarbiyah ini mengajarkan saya bahwa rezeki itu bukan hanya soal uang, tapi juga ketenangan, waktu, kesempatan ibadah, dan kehadiran orang-orang baik dalam hidup kita. Optimis dalam urusan rezeki adalah bentuk tawakal, sedangkan menjaga hati dan memuliakan orang tua adalah bentuk ikhtiar yang nyata.

Semoga Allah jadikan kita hamba-hamba yang yakin pada-Nya, tidak khawatir akan dunia, dan terus memperbaiki diri dalam ibadah dan hati.

“Apa yang menjadi milikmu akan sampai kepadamu, walau seluruh dunia berusaha menahannya.”