Presiden Jokowi Sedih ! Masyarakat Indonesia Kehilangan Budaya Santun yang Pernah Dikenal

Presiden Jokowi mengungkap keprihatinannya atas berkurangnya budaya santun di Indonesia dan bagaimana kebebasan dan demokrasi sering dimanfaatkan untuk menyebarkan kebencian. Artikel ini mengulas pidato Jokowi yang mencerminkan keprihatinan terhadap perubahan budaya dan mengajak masyarakat untuk bersatu dalam menjaga moralitas dan etika dalam ruang publik.

Presiden Jokowi Sedih ! Masyarakat Indonesia Kehilangan Budaya Santun yang Pernah Dikenal

Presiden Joko Widodo (Jokowi) merasa prihatin dengan hilangnya budaya santun di tengah masyarakat Indonesia. Dalam Pidato Kenegaraan yang disampaikannya dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD di Gedung DPR/MPR pada Senin (16/8/2023), Jokowi mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi budaya saat ini. Dalam pidato tersebut, Jokowi berbicara tentang bagaimana kebebasan dan demokrasi, yang seharusnya menjadi sarana positif, kadang-kadang dimanfaatkan untuk menyebarkan kebencian dan fitnah.

Jokowi mengungkapkan bahwa meskipun dirinya sering kali mendapat hinaan dan fitnah, hal tersebut tidak mempengaruhi dirinya secara pribadi. Dia menyatakan, "Saya tahu ada yang mengatakan Saya ini bodoh, plonga-plongo, tidak tahu apa-apa, Fir'aun, tolol. Ya nda apa, sebagai pribadi saya menerima saja."

Namun, yang membuat Jokowi merasa sedih adalah bahwa perilaku semacam ini mencerminkan berkurangnya budaya santun di masyarakat Indonesia. Ia menyayangkan bahwa kebebasan dan demokrasi seringkali disalahgunakan untuk menyebarkan rasa benci dan fitnah.

"Tapi yang membuat saya sedih budaya santun budi pekerti luhur bangsa ini, kok kelihatannya mulai hilang? Kebebasan dan demokrasi digunakan untuk melampiaskan kedengkian dan fitnah. Polusi di wilayah budaya ini sangat melukai keluhuran budi pekerti bangsa Indonesia," ujarnya.

Meskipun demikian, Jokowi juga mengakui bahwa tidak semua masyarakat memiliki perilaku seperti itu. Mayoritas masyarakat, menurut Jokowi, justru merasa kecewa terhadap kondisi polusi budaya yang semakin merajalela.

"Memang tidak semua seperti itu. Saya melihat mayoritas masyarakat juga sangat kecewa dengan polusi budaya tersebut," katanya.

Selain itu, Jokowi juga melihat hikmah di balik fenomena cacian dan makian yang semakin meluas. Baginya, cacian dan makian ini sebenarnya dapat membangkitkan kesadaran moral bangsa untuk bersatu dalam menjaga integritas ruang publik.

"Cacian dan makian yang ada justru membangunkan nurani bangsa untuk bersatu menjaga moralitas ruang publik. Bersatu menjaga mentalitas masyarakat sehingga kita bisa tetap melangkah maju, menjalankan transformasi bangsa. Menuju Indonesia Maju. Menuju Indonesia Emas 2045," tegas Jokowi.

Dengan pidato ini, Jokowi menunjukkan keprihatinannya terhadap pergeseran budaya yang merugikan dan mengajak masyarakat untuk bersama-sama membangun kesadaran akan pentingnya etika dan moral dalam ruang publik.