Bahaya Kesombongan: Akar dari Kehancuran Manusia
Peringatan keras Rasulullah tentang bahaya kesombongan. Mengulas takabbur seperti Iblis & Firaun, serta 3 bentuknya: pada kebenaran, makhluk, & harta. Waspada dalam hati!
Kesombongan atau takabbur adalah penyakit hati yang halus namun mematikan. Ia bagai racun yang merusak jiwa, membutakan mata hati, dan menjadi penghalang antara manusia dengan rahmat Allah. Rasulullah ﷺ telah memberikan peringatan yang sangat tegas:
لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ
“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan seberat biji sawi.” (HR. Muslim)
Betapa seriusnya penyakit ini, hingga seberat zarrah (biji sawi) saja sudah cukup untuk menghalangi seseorang dari pintu surga. Kesombongan bukan sekadar sikap tinggi hati; ia adalah penolakan terhadap kebenaran dan penghinaan terhadap sesama.
Pangkal Semua Kemaksiatan: Kisah Abadi Iblis
Akar dari segala dosa bermula dari sikap takabbur ini, sebagaimana diperlihatkan dalam kisah penciptaan Nabi Adam `alaihissalam. Ketika Allah memerintahkan seluruh malaikat dan Iblis (yang saat itu termasuk makhluk berilmu) untuk sujud menghormati Adam, hanya Iblis yang menolak.
Allah berfirman:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’ Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.” (QS. Al-Baqarah: 34)
Iblis merasa lebih mulia karena diciptakan dari api, sementara Adam dari tanah. Kesombongan inilah yang mengubahnya dari makhluk yang taat menjadi makhluk yang terkutuk, dan menjadi pangkal pertama kemaksiatan dalam sejarah alam semesta.
Bentuk-Bentuk Kesombongan yang Merusak
1. Kesombongan terhadap Kebenaran (Takabbur ‘alal-Haqq)
Ini adalah puncak kesombongan, yaitu ketika seseorang menolak kebenaran karena merasa dirinya lebih tahu, lebih tinggi, atau tidak mau tunduk. Kebenaran yang datang dari Allah dan Rasul-Nya dianggap remeh.
-
Firaun: Lambang Keangkuhan yang Dibinasakan
Firaun adalah contoh abadi dalam Al-Qur’an. Dia bukan hanya sombong kepada manusia, tetapi berani mengklaim ketuhanan:وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرِي
“Dan Firaun berkata, ‘Wahai para pembesar kaum! Aku tidak mengetahui ada tuhan bagi kalian selain aku.’” (QS. Al-Qasas: 38)
Kesombongannya menolak dakwah Nabi Musa `alaihissalam berakhir dengan kehancuran dan penenggelaman dirinya beserta bala tentaranya. -
Kisah Karun: Sombong karena Ilmu dan Harta
Karun adalah orang yang diberi kekayaan melimpah oleh Allah, namun ia menganggap semua itu karena ilmu dan kehebatannya sendiri.قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِي
“Dia (Karun) berkata, ‘Sesungguhnya aku diberi (harta) ini hanya karena ilmu yang ada padaku.’” (QS. Al-Qasas: 78)
Akibat kesombongannya, Allah timbun dia beserta hartanya ke dalam perut bumi. -
Penolakan Raja-Raja kepada Rasulullah ﷺ
Saat Nabi Muhammad ﷺ mengirim surat dakwah kepada penguasa Persia (Kisra), Kaisar Romawi (Heraclius), dan lainnya, respon mereka bervariasi. Kisra Persia mencerca dan menyobek surat Nabi karena menganggap derajatnya lebih tinggi dari seorang Rasul dari tanah Arab. Sikap sombong ini menjadi awal dari keruntuhan Kekaisaran Sassania (Persia) di tangan kaum muslimin.
2. Kesombongan terhadap Makhluk (Takabbur ‘alal-Khalq)
Ini adalah kesombongan yang paling banyak kita jumpai sehari-hari: merasa lebih tinggi, lebih baik, atau lebih mulia daripada manusia lain.
Rasulullah ﷺ bersabda:
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim)
Ghamthu an-nas (merendahkan manusia) adalah inti dari kesombongan jenis ini. Ia bisa berupa meremehkan orang karena status sosialnya, kekayaannya, penampilannya, atau latar belakang pendidikannya yang dianggap lebih rendah.
Allah berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَن كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri.” (QS. Luqman: 18)
Merendahkan orang lain adalah dosa besar. Bisa jadi orang yang kita anggap hina justru lebih mulia di sisi Allah. Kesombongan inilah yang sering menjadi penyebab Allah menurunkan musibah, merendahkan derajat seseorang, atau mencabut nikmat-Nya.
3. Kesombongan terhadap Harta dan Perbuatan
Kesombongan ini muncul dari rasa bangga yang berlebihan pada apa yang dimiliki atau dilakukan, seolah-olah semua itu murni dari dirinya sendiri.
-
Sombong karena Harta: Seperti Karun, merasa kekayaan adalah bukti kehebatan dan kecerdasan pribadi, lupa bahwa itu adalah amanah dari Allah. Harta seharusnya membuat seseorang semakin rendah hati dan bersyukur, bukan angkuh.
-
Sombong karena Ilmu dan Amal: Ini sangat halus. Misalnya, merasa diri lebih alim, lebih rajin ibadah, atau lebih banyak berjasa sehingga memandang orang lain dengan sebelah mata. Rasulullah ﷺ mengingatkan:
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga hal yang membinasakan: kekikiran yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan kekaguman seseorang pada dirinya sendiri.” (HR. Al-Baihaqi, hasan)
Al-I’jab binafsih (kagum pada diri sendiri) adalah bibit kesombongan yang sering tidak disadari.
Penutup: Obat dari Kesombongan
Kesombongan adalah penyakit yang berbahaya karena pelakunya sering tidak menyadarinya. Obatnya adalah dengan selalu mengenal diri kita sendiri: siapa kita, dari apa kita diciptakan (sperma yang hina), dan kepada siapa kita akan kembali (dikubur menjadi tanah). Senantiasa mengingat asal-usul dan akhir hidup kita akan melunakkan hati yang keras.
Mari kita jaga hati dari rasa ‘ujub (kagum pada diri sendiri) dan takabbur. Latihlah diri untuk selalu menerima kebenaran dari siapa pun datangnya, dan menghormati setiap manusia karena kemuliaan mereka di sisi Allah bisa jadi lebih tinggi.
Renungkan: Apakah kita pernah menolak nasihat karena gengsi? Meremehkan orang karena penampilannya? Atau merasa amal kita sudah cukup banyak? Hati-hati, itu bisa jadi biji zarrah kesombongan yang diperingatkan Rasulullah ﷺ. Mari kita bersihkan hati, dan ganti kesombongan dengan tawadhu’ (rendah hati), sifat yang mengangkat derajat di dunia dan akhirat.







